Wujud- wujud Kebudayaan Masyarakat Indonesia
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.
Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala
sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki
oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun
temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai
superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan
pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur
sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual
dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan
keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan
lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan
adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian
mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan
dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang
diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan
benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan
hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya
ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Wujud dan komponen
Wujud
Menurut
J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan,
aktivitas, dan artefak.
·
Gagasan(Wujudideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
- Aktivitas(tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
- Artefak(karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Komponen
Berdasarkan wujudnya tersebut, Budaya memiliki beberapa
elemen atau komponen, menurut ahli atropologi Cateora, yaitu :
- Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
- Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional. - Lembaga social
Lembaga social dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem social yang terbantuk dalam suatu Negara akan menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan social masyarakat. Contoh Di Indonesia pada kota dan desa dibeberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada satu instansi atau perusahaan. Tetapi di kota – kota besar hal tersebut terbalik, wajar seorang wanita memilik karier - Sistem kepercayaan
Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun system kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana memandang hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana berkomunikasi. - Estetika
Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari –tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah dan bersifat kedaerah, setiap akan membangu bagunan jenis apa saj harus meletakan janur kuning dan buah – buahan, sebagai symbol yang arti disetiap derah berbeda. Tetapi di kota besar seperti Jakarta jarang mungkin tidak terlihat masyarakatnya menggunakan cara tersebut. - Bahasa
Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap walayah, bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sidat unik dan komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebu. Jadi keunikan dan kekomplekan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.
Kebudayaan itu bisa dilihat dan didefinisikan secara berbeda
ketika kita menggunakan acuan pendekatan yang tidak sama: materialisme,
behaviorisme, dan ideasional. Pada pandangan materialisme, kebudayaan dilihat
pada “materi” yakni pada produk yang dihasilkan dan karena itu bisa
diobservasi. Pada pendekatan behaviarisme, kebudayaan dilihat sebagai pola-pola
tindakan. Sementara pada pendekatan ideasional, kebudayaan tidak dilihat
dari wujud (produks) atau tindakan yang berpola, tetapi kepada idea atau
keseluruhan pengetahuan yang memungkinkan produk dan perilaku yang ditampakkan.
Saya sendiri lebih tertarik melihat kebudayaan pada pendekatan ideasional itu.
Dari sini lalu, kita bisa mendifinisikan kebudayaan Indonesia adalah
serangkaian gagasan dan pengetahuan yang telah diterima oleh
masyarakat-masyarakat Indonesia (yang multietnis) itu sebagai pedoman
bertingkahlaku dan menghasilkan produks-produk kebudayaan itu sendiri. Hanya
persoalannya, ide-ide dan pengetahuan masyarakat-masyarakat Indonesia juga
mengalami perubahan-perubahan, baik karena factor internal maupun eksternal.
Sebelum merdeka, kebudayaan Indonesia disebut sebagai
kebudayaan Nusantara, yakni kebudayaan yang hidup dan menjadi serta dijadikan
pedoman oleh masyarakat-masyarakat etnik yang ada dan menyebar di berbagai
pulau di Nusantara. Kebudayaan-kebudayaan local (etnik) ini – dalam sejarahnya
bersentuhan bahkan dipengaruhi oleh peradaban-peradaban besar, seperti Hindu,
Budha, Islam, Kristen. Tingkat pengaruh peradaban-peradaban besar tadi, dalam
batas-batas tertentu, pada masing-masing lokalitas masyarakat tidak sama. Kebudayaan
masyarakat Bali misalnya, lebih banyak dipengaruhi oleh peradaban (agama)
Hindu. Masyarakat-masyarakat (umumnya di daerah pesisir/pantai) yang dalam
sejarahnya dikunjungi oleh para pedagang dan sekaligus penyiar Islam,
kebudayaannya sangat dipengaruhi oleh peradaban Islam. Suku-suku bangsa yang
lain yang kemudian menjadi sasaran missionaries Kristen, kebudayaannya
dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Kristiani. Pengaruh-pengaruh peradaban-peradaban
besar seperti itu, dalam prosesnya tidak serta merta diterima, tetapi ada
perlawanan cultural, meskipun pada akhirnya terjadi penyesuaian-penyesuaian
(adaptasi) sehingga terjadi percampuran. Ini artinya, pada masing-masing
masyarakat pemilik kebudayaan (etnik) atau local tadi, tidak dalam satu suara,
sehingga pada masing-masing kesatuan masyarakat itu sendiri tidak menunjukkan
satu warna budaya. Pada masyarakat Jawa, periode (datang dan menyebarnya Islam)
misalnya, menunjukkan gambaran seperti itu, sehingga lahir kelompok-kelompok
masyarakat yang lebih mengutamakan peradaban Islam (puritan) dan masyarakat
yang lebih bertumpu pada kebudayaan local seperti Kejawen.Pengelompokan
masyarakat yang berbeda-beda seperti itu, dalam batas-batas tertentu bisa hidup
bersama secara berdampingan, tetapi juga bernuansa konflik (cultural). Konflik
seperti ini semakin dikukuhkan ketika memasuki medan kehidupan lain seperti
ekonomi, dan politik. Dengan demikian, kebudayaan Indonesia sejatinya adalah
kebudayaan multi kultur.
Kebudayaan Indonesia yang multikultur seperti itu, ketika
dikaji dari sisi dimensi waktu, dapat dibagi pula pengertiannya.
a. Pertama, kebudayaan
(Indonesia) adalah kebudayaan yang sudah terbentuk. Definisi ini mengarah
kepada pengertian bahwa kebudayaan Indonesia adalah keseluruhan pengetahuan yang
tersosialisasi/internalisasi dari generasi-generasi sebelumnya, yang kemudian
digunakan oleh umumnya masyarakat Indonesia sebagai pedoman hidup. Jika
dilacak, kebudayaan ini terdokumentasi dalam artefak/atau teks. Melihat
kebudayaan dari sisi ini, kita akan mudah terjebak kepada dua hal. Pertama, apa
yang sudah ada itu diterima sebagai sesuatu yang sudah baik bahkan paripurna.
Ungkapan seperti kebudayaan Jawa adalah kebudayaan yang adiluhung, merupakan
contoh terbaiknya. Di sini, apa yang disebut kebudayaan adalah dokumen text
(Jawa termasuk sastra-sastra lisan) yang harus dijadikan pedoman kalau kita
tidak ingin kehilangan ke-jawa-annya. Ungkapan: “ora Jawa” atau “durung Jawa”
adalah ungkapan untuk menilai laku (orang Jawa) yang sudah bergeser dari text
tersebut.
b. Kedua, kebudayaan
(Indonesia) adalah kebudayaan yang sedang membentuk. Pada definisi kedua ini
menjelaskan adanya kesadaran bahwa sebetulnya, tidak pernah (baca: terlalu
sedikit) ada masyarakat manapun di dunia ini yang tidak bersentuhan dengan
kebudayaan dan peradaban lain, termasuk kebudayaan Indonesia atau kebudayaan
Jawa. Hanya saja ada pertanyaan serius untuk memilih definisi kedua ini, yaitu
bagaimana lalu kebudayaan kita berdiri tegak untuk mampu menyortir berbagai
elemen kebudayaan asing yang cenderung capitalism yang notabene, dalam
batas-batas tertentu, negative (baca: tidak cocok)? Pada saat yang sama,
kebudayaan global yang kapitalistik itu, telah masuk ke berbagai relung-relung
kehidupan masyarakat “tanpa” bisa dicegah. Kalau begitu, pertanyaannya ialah:
membatasi, menolak, atau mengambil alih nilai-nilai positif yang ditawarkan.
Persoalan seperti ini dulu sudah pernah menjadi perdebatan para ahli
kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh Armen Pane dkk versus Sutan Takdir
Alisyahbana (Lihat pada buku Polemik Kebudayaan), dan sampai sekarang pun sikap
kita tidak jelas juntrungnya.
c. Ketiga, adalah kebudayaan (Indonesia) adalah kebudayaan yang
direncanakan untuk dibentuk. Ini adalah definisi yang futuristic, yang perlu
hadir dan dihadirkan oleh warga bangsa yang menginginkan Indonesia ke depan
HARUS LEBIH BAIK. Inilah yang seharusnya menjadi focus kajian serius bagi
pemerhati Indonesia, wa bil khusus para mahasiswa dan dosen-dosen ilmu budaya.
Melihat kebudayaan Indonesia dewasa ini dan ke depan adalah
menempatkan kebudayaan sebagai piranti kehidupan masyarakat Indonesia yang
memiliki keunggulan-keunggulan (competitive) di antara kebudayaan-kebudayaan
bangsa lain termasuk kebudayaan global yang bercorak dan berisme kapitalistik
itu. Bagaimana caranya? Jawabannya tentu tidak bisa spontan, kecuali kalau kita
menyukai segala sesuatu termasuk persoalan yang serius sekalipun dengan
jawaban-jawaban instan.
Untuk itu, perubahan nama Fakultas Sastra menjadi Fakultas
Ilmu Budaya, seharusnya para stakeholder yang ada di dalamnya memiliki
kesanggupan secara amat serius untuk memulai mengkaji ulang artefak-artefak dan
dokumen-dokumen (teks) yang tersebar di Nusantara, menyarikan, membandingkan
dengan kebudayaan-kebudayaan di luarnya, dan kemudian menentukan arah kemana
kebudayaan masyarakat Indonesia akan dibawa.
Wujud
Kebudayaan menurut Dimensi :
Menurut
J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas,
dan artefak.
o Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
o Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
o Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Opini
:
Dapat
dilihat dari artikel di atas, bahwa manusia dan kebudayaan memiliki
keterkaitan. Manusia yang menciptakan kebudayaan, dan nanti kebudayaan yang
akan mengatur manusia agar sesuai dengannya. Kemudian kebudayaan dibagi menjadi
3 wujud menurut dimensinya, yaitu gagasan, aktivitas, dan artefak. Mereka
merupakan suatu tindakan yang akan dilakukan oleh manusia untuk membentuk suatu
kebudayaan. Dari ketiga wujud kebuudayaan ini tidak dapat dipisahkan dengan
wujud kebudayaan yang lain. Karena suatu wujud yang ideal seperti gagasan akan
mengatur dan memberi suatu arahan berupa aktivitas dan yang nantinya akan
menghasilkan sebuah karya kebudayaan oleh manusia.
Wujud
kebudayaan daerah di Indonesia
Kebudayaan daerah tercermin dalam
berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap
daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda.
Rumah gadang, rumah adat sumatera
barat
- Aceh: Rumoh Aceh
- Sumatera Barat: Rumah Gadang
- Sumatera Selatan: Rumah Limas
- Jawa: Joglo
- Papua: Honai
- Sulawesi Selatan: Tongkonan (Tana Toraja), Bola Soba (Bugis Bone), Balla Lompoa (Makassar Gowa)
- Sulawesi Tenggara: Istana buton
- Sulawesi Utara: Rumah Panggung
- Kalimantan Barat: Rumah Betang
- Nusa Tenggara Timur: Lopo
- Maluku: Balieu (dari bahasa Portugis)
Tarian
Tarian Pakarena di pulau Selayar di masa Hindia
Belanda
- Jawa: Bedaya, Kuda Lumping, Reog
- Bali: Kecak, Barong/ Barongan, Pendet
- Maluku: Cakalele, Orlapei, Katreji
- Aceh: Saman, Seudati
- Minangkabau: Tari Piring, Tari Payung, Tari Indang, Tari Randai, Tari Lilin
- Betawi: Yapong
- Sunda: Jaipong, Tari Topeng
Tari jaipong, Tarian daerah Jawa
Barat
- Timor NTT: Likurai, Bidu, Tebe, Bonet, Pado'a, Rokatenda, Caci
- Batak Toba & Suku Simalungun: Tortor
- Sulawesi Selatan: Tari Pakkarena, Tarian Anging Mamiri, Tari Padduppa, Tari 4 Etnis
- Sulawesi Tengah: Dero
- Gorontalo : Tari Saronde , Tari Elengge ,Tari Dana-Dana ,Tari Polopalo ,Tari Pore-Pore
- Pesisir Sibolga/Tapteng: Tari Sapu Tangan , Tari Adok , Tari Anak , Tari Pahlawan , Tari Lagu Duo , Tari Perak , Tari Payung
- Riau: Persembahan, Zapin, Rentak Bulian, Serampang Dua Belas
- Lampung: Bedana, Sembah, Tayuhan, Sigegh, Labu Kayu
- Irian Jaya: ( Musyoh, Selamat Datang )
- Nias: Famaena
Lagu
- Jakarta: Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung, Keroncong Kemayoran, Surilang, Terang Bulan
- Maluku: Rasa Sayang-sayange, Ayo Mama, Buka Pintu, Burung Tantina, Goro-Gorone, Huhatee, Kole-Kole, Mande-Mande, Ole Sioh, O Ulate, Sarinande, Tanase
- Melayu: Tanjung Katung
- Aceh: Bungong Jeumpa, Lembah Alas, Piso Surit
- Kalimantan Selatan: Ampar-Ampar Pisang, Paris Barantai, Saputangan Bapuncu Ampat
- Nusa Tenggara Timur: Anak Kambing Saya, Oras Loro Malirin, Sonbilo, Tebe Onana, Ofalangga, Do Hawu, Bolelebo, Lewo Ro Piring Sina, Bengu Re Le Kaju, Aku Retang, Gaila Ruma Radha, Desaku, Flobamora, Potong Bebek Angsa
- Sulawesi Selatan: Angin Mamiri, Pakarena, Sulawesi Parasanganta, Ma Rencong
- Sumatera Utara: Anju Ahu, Bungo Bangso, Cikala Le Pongpong, Bungo Bangso, Butet, Dago Inang Sarge, Lisoi, Madekdek Magambiri, Mariam Tomong, Nasonang Dohita Nadua, Rambadia, Sengko-Sengko, Siboga Tacinto, Sinanggar Tulo, Sing Sing So, Tapian Nauli
- Papua/Irian Barat: Apuse, Yamko Rambe Yamko
- Sumatera Barat: Ayam Den Lapeh, Barek Solok, Dayung Palinggam, Kambanglah Bungo, Kampuang Nan Jauh Di Mato, Ka Parak Tingga, Malam Baiko, Kampuang nan Jauh di Mato, Kambanglah Bungo, Indang Sungai Garinggiang, Rang Talu
- Jambi: Batanghari, Soleram
- Jawa Barat: Bubuy Bulan, Cing Cangkeling, Es Lilin, Karatagan Pahlawan, Manuk Dadali, Panon Hideung, Peuyeum Bandung, Pileuleuyan, Tokecang
- Kalimantan Barat: Cik-Cik Periuk, Cak Uncang, Batu Ballah, Alok Galing, Tandak Sambas, Sungai Sambas Kebanjiran, Alon-Alon
- Sumatera Selatan: Cuk Mak Ilang, Dek Sangke, Gending Sriwijaya, Kabile-bile, Tari Tanggai
- Banten: Dayung Sampan
- Sulawesi Utara: Esa Mokan, O Ina Ni Keke, Si Patokaan, Sitara Tillo
- Jawa Tengah: Gambang Suling, Gek Kepriye, Gundul Pacul, Ilir-ilir, Jamuran, Bapak Pucung, Yen Ing Tawang Ono Lintang, Stasiun Balapan
- Nusa Tenggara Barat: Helele U Ala De Teang, Moree, Orlen-Orlen, Pai Mura Rame, Tebe Onana, Tutu Koda
- Kalimantan Timur: Indung-Indung
- Jambi: Injit-Injit Semut, Pinang Muda, Selendang Mayang
- Kalimantan Tengah: Kalayar
- Jawa Timur: Keraban Sape, Tanduk Majeng
- Bengkulu: Lalan Belek
- Bali: Mejangeran, Ratu Anom
- Sulawesi Tenggara: Peia Tawa-Tawa
- Yogyakarta: Pitik Tukung, Sinom, Suwe Ora Jamu, Te Kate Dipanah
- Sulawesi Tengah: Tondok Kadadingku, Tope Gugu
- Sulawesi Barat: Bulu Londong, Malluya, Io-Io, Ma'pararuk
- Gorontalo: Hulondalo li Pu'u , Bulalo Lo Limutu , Wanu Mamo Leleyangi
Musik
- Jakarta: Keroncong Tugu.
- Maluku:
- Melayu: Hadrah, Makyong, Ronggeng
- Minangkabau:
- Aceh:
- Makassar: Gandrang Bulo, Sinrilik
- Pesisir Sibolga/Tapteng: Sikambang
Alat
musik
Gamelan
- Jawa: Gamelan, Kendang Jawa.
- Nusa Tenggara Timur: Sasando, Gong dan Tambur, Juk Dawan, Gitar Lio.
- Gendang Bali
- Gendang Simalungun
- Gendang Melayu
- Gandang Tabuik
- Sasando
- Talempong
- Tifa
- Saluang
- Rebana
- Bende
- Kenong
- Keroncong
- Serunai
- Jidor
- Suling Lembang
- Suling Sunda
- Dermenan
- Saron
- Kecapi
- Bonang
- Angklung
- Calung
- Kulintang
- Gong Kemada
- Gong Lambus
- Rebab
- Tanggetong
- Gondang Batak
- Kecapi
- Kesok-Kesok
Gambar
Patung
- Jawa: Patung Buto, patung Budha.
- Bali: Garuda.
- Irian Jaya: Asmat.
Pakaian
- Jawa: Batik.
- Sumatra Utara: Ulos, Suri-suri, Gotong.
- Sumatra Utara, Sibolga: Anak Daro & Marapule.
- Sumatra Barat/ Melayu:
- Sumatra Selatan Songket
- Lampung: Tapis
- Sasiringan
- Tenun Ikat Nusa Tenggara Timur
- Bugis - MakassarBaju Bodo dan Jas Tutup, Baju La'bu
- Papua Timur : Manawou
- Papua Barat : Ewer
- NTT:
Suara
- Jawa: Sinden.
- Sumatra: Tukang cerita.
- Talibun: (Sibolga, Sumatera Utara)
- Gorontalo: (Dikili)
Sastra/tulisan
- Jawa: Babad Tanah Jawa, karya-karya Ronggowarsito.
- Bali: karya tulis di atas Lontar.
- Sumatra bagian timur (Melayu): Hang Tuah
- Sulawesi Selatan Naskah Tua Lontara
- Timor Ai Babelen, Ai Kanoik
Makanan
Artikel utama untuk bagian ini
adalah: Daftar masakan Indonesia
- Timor: Jagung Bose, Daging Se'i, Ubi Tumis.
- Sumatera bagian Barat: Sate Padang
- Sumatera bagian Selatan: Pempek Palembang
- Jakarta: Soto Betawi
- Jogjakarta: Gudeg
- Gorontalo: Binde Biluhuta
Kebudayaan
Modern Khas Indonesia
- Musik Dangdut: Elvie Sukaesih, Rhoma Irama.
- Film Indonesia: "Daun di Atas Bantal" (1998) yang mendapat penghargaan Film terbaik di "Asia Pacific Film Festival" di Taipei.
- Sastra: Pujangga Baru.
Referensi
1.
^ Direktorat Sejarah dan Nilai Tradsional, Kongres Kebudayaan
1991: Kebudayaan Nasional Kini dan di Masa Depan
2.
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Indonesia#Kebudayaan_nasional
No comments:
Post a Comment