::selection {background:##12127D;color:#FFCC00;} ::-moz-selection {background:##12127D;color:#FFCC00;} ::-webkit-selection {background:#12127D;color:#FFCC00;}

Thursday, October 13, 2011

IBD


Wujud- wujud Kebudayaan Masyarakat Indonesia
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Wujud dan komponen
Wujud
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
·         Gagasan(Wujudideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
  • Aktivitas(tindakan)
    Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
  • Artefak(karya)
    Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Komponen
Berdasarkan wujudnya tersebut, Budaya memiliki beberapa elemen atau komponen, menurut ahli atropologi Cateora, yaitu :
  • Kebudayaan material
    Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
  • Kebudayaan nonmaterial
    Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
  • Lembaga social
    Lembaga social dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem social yang terbantuk dalam suatu Negara akan menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan social masyarakat. Contoh Di Indonesia pada kota dan desa dibeberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada satu instansi atau perusahaan. Tetapi di kota – kota besar hal tersebut terbalik, wajar seorang wanita memilik karier
  • Sistem kepercayaan
    Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun system kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana memandang hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana berkomunikasi.
  • Estetika
    Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari –tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah dan bersifat kedaerah, setiap akan membangu bagunan jenis apa saj harus meletakan janur kuning dan buah – buahan, sebagai symbol yang arti disetiap derah berbeda. Tetapi di kota besar seperti Jakarta jarang mungkin tidak terlihat masyarakatnya menggunakan cara tersebut.
  • Bahasa
    Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap walayah, bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sidat unik dan komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebu. Jadi keunikan dan kekomplekan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.
Kebudayaan itu bisa dilihat dan didefinisikan secara berbeda ketika kita menggunakan acuan pendekatan yang tidak sama: materialisme, behaviorisme, dan ideasional. Pada pandangan materialisme, kebudayaan dilihat pada “materi” yakni pada produk yang dihasilkan dan karena itu bisa diobservasi. Pada pendekatan behaviarisme, kebudayaan dilihat sebagai pola-pola tindakan.  Sementara pada pendekatan ideasional, kebudayaan tidak dilihat dari wujud (produks) atau tindakan yang berpola, tetapi kepada idea atau keseluruhan pengetahuan yang memungkinkan produk dan perilaku yang ditampakkan. Saya sendiri lebih tertarik melihat kebudayaan pada pendekatan ideasional itu. Dari sini lalu, kita bisa mendifinisikan kebudayaan Indonesia adalah serangkaian gagasan dan pengetahuan yang telah diterima oleh masyarakat-masyarakat Indonesia (yang multietnis) itu sebagai pedoman bertingkahlaku dan menghasilkan produks-produk kebudayaan itu sendiri. Hanya persoalannya, ide-ide dan pengetahuan masyarakat-masyarakat Indonesia juga mengalami perubahan-perubahan, baik karena factor internal maupun eksternal.

Sebelum merdeka, kebudayaan Indonesia disebut sebagai kebudayaan Nusantara, yakni kebudayaan yang hidup dan menjadi serta dijadikan pedoman oleh masyarakat-masyarakat etnik yang ada dan menyebar di berbagai pulau di Nusantara. Kebudayaan-kebudayaan local (etnik) ini – dalam sejarahnya bersentuhan bahkan dipengaruhi oleh peradaban-peradaban besar, seperti Hindu, Budha, Islam, Kristen. Tingkat pengaruh peradaban-peradaban besar tadi, dalam batas-batas tertentu, pada masing-masing lokalitas masyarakat tidak sama. Kebudayaan masyarakat Bali misalnya, lebih banyak dipengaruhi oleh peradaban (agama) Hindu. Masyarakat-masyarakat (umumnya di daerah pesisir/pantai) yang dalam sejarahnya dikunjungi oleh para pedagang dan sekaligus penyiar Islam, kebudayaannya sangat dipengaruhi oleh peradaban Islam. Suku-suku bangsa yang lain yang kemudian menjadi sasaran missionaries Kristen, kebudayaannya dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Kristiani. Pengaruh-pengaruh peradaban-peradaban besar seperti itu, dalam prosesnya tidak serta merta diterima, tetapi ada perlawanan cultural, meskipun pada akhirnya terjadi penyesuaian-penyesuaian (adaptasi) sehingga terjadi percampuran. Ini artinya, pada masing-masing masyarakat pemilik kebudayaan (etnik) atau local tadi, tidak dalam satu suara, sehingga pada masing-masing kesatuan masyarakat itu sendiri tidak menunjukkan satu warna budaya. Pada masyarakat Jawa, periode (datang dan menyebarnya Islam) misalnya, menunjukkan gambaran seperti itu, sehingga lahir kelompok-kelompok masyarakat yang lebih mengutamakan peradaban Islam (puritan) dan masyarakat yang lebih bertumpu pada kebudayaan local seperti Kejawen.Pengelompokan masyarakat yang berbeda-beda seperti itu, dalam batas-batas tertentu bisa hidup bersama secara berdampingan, tetapi juga bernuansa konflik (cultural). Konflik seperti ini semakin dikukuhkan ketika memasuki medan kehidupan lain seperti ekonomi, dan politik. Dengan demikian, kebudayaan Indonesia sejatinya adalah kebudayaan multi kultur.

Kebudayaan Indonesia yang multikultur seperti itu, ketika dikaji dari sisi dimensi waktu, dapat dibagi pula pengertiannya.  

a.       Pertama, kebudayaan (Indonesia) adalah kebudayaan yang sudah terbentuk.  Definisi ini mengarah kepada pengertian bahwa kebudayaan Indonesia adalah keseluruhan pengetahuan yang tersosialisasi/internalisasi dari generasi-generasi sebelumnya, yang kemudian digunakan oleh umumnya masyarakat Indonesia sebagai pedoman hidup. Jika dilacak, kebudayaan ini terdokumentasi dalam artefak/atau teks.  Melihat kebudayaan dari sisi ini, kita akan mudah terjebak kepada dua hal. Pertama, apa yang sudah ada itu diterima sebagai sesuatu yang sudah baik bahkan paripurna. Ungkapan seperti kebudayaan Jawa adalah kebudayaan yang adiluhung, merupakan contoh terbaiknya. Di sini, apa yang disebut kebudayaan adalah dokumen text (Jawa termasuk sastra-sastra lisan) yang harus dijadikan pedoman kalau kita tidak ingin kehilangan ke-jawa-annya. Ungkapan: “ora Jawa” atau “durung Jawa” adalah ungkapan untuk menilai laku (orang Jawa) yang sudah bergeser dari text tersebut.

b.      Kedua, kebudayaan (Indonesia) adalah kebudayaan yang sedang membentuk. Pada definisi kedua ini menjelaskan adanya kesadaran bahwa sebetulnya, tidak pernah (baca: terlalu sedikit) ada masyarakat manapun di dunia ini yang tidak bersentuhan dengan kebudayaan dan peradaban lain, termasuk kebudayaan Indonesia atau kebudayaan Jawa. Hanya saja ada pertanyaan serius untuk memilih definisi kedua ini, yaitu bagaimana lalu kebudayaan kita berdiri tegak untuk mampu menyortir berbagai elemen kebudayaan asing yang cenderung capitalism yang notabene, dalam batas-batas tertentu, negative (baca: tidak cocok)? Pada saat yang sama, kebudayaan global yang kapitalistik itu, telah masuk ke berbagai relung-relung kehidupan masyarakat “tanpa” bisa dicegah. Kalau begitu, pertanyaannya ialah: membatasi, menolak, atau mengambil alih nilai-nilai positif yang ditawarkan. Persoalan seperti ini dulu sudah pernah menjadi perdebatan para ahli kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh Armen Pane dkk versus Sutan Takdir Alisyahbana (Lihat pada buku Polemik Kebudayaan), dan sampai sekarang pun sikap kita tidak jelas juntrungnya.

c.       Ketiga, adalah kebudayaan (Indonesia) adalah kebudayaan yang direncanakan untuk dibentuk. Ini adalah definisi yang futuristic, yang perlu hadir dan dihadirkan oleh warga bangsa yang menginginkan Indonesia ke depan HARUS LEBIH BAIK. Inilah yang seharusnya menjadi focus kajian serius bagi pemerhati Indonesia, wa bil khusus para mahasiswa dan dosen-dosen ilmu budaya.


Melihat kebudayaan Indonesia dewasa ini dan ke depan adalah menempatkan kebudayaan sebagai piranti kehidupan masyarakat Indonesia yang memiliki keunggulan-keunggulan (competitive) di antara kebudayaan-kebudayaan bangsa lain termasuk kebudayaan global yang bercorak dan berisme kapitalistik itu. Bagaimana caranya? Jawabannya tentu tidak bisa spontan, kecuali kalau kita menyukai segala sesuatu termasuk persoalan yang serius sekalipun dengan jawaban-jawaban instan.

Untuk itu, perubahan nama Fakultas Sastra menjadi Fakultas Ilmu Budaya, seharusnya para stakeholder yang ada di dalamnya memiliki kesanggupan secara amat serius untuk memulai mengkaji ulang artefak-artefak dan dokumen-dokumen (teks) yang tersebar di Nusantara, menyarikan, membandingkan dengan kebudayaan-kebudayaan di luarnya, dan kemudian menentukan arah kemana kebudayaan masyarakat Indonesia akan dibawa.





Wujud Kebudayaan menurut Dimensi :
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.

o Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.


o Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.


o Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.

Opini :
Dapat dilihat dari artikel di atas, bahwa manusia dan kebudayaan memiliki keterkaitan. Manusia yang menciptakan kebudayaan, dan nanti kebudayaan yang akan mengatur manusia agar sesuai dengannya. Kemudian kebudayaan dibagi menjadi 3 wujud menurut dimensinya, yaitu gagasan, aktivitas, dan artefak. Mereka merupakan suatu tindakan yang akan dilakukan oleh manusia untuk membentuk suatu kebudayaan. Dari ketiga wujud kebuudayaan ini tidak dapat dipisahkan dengan wujud kebudayaan yang lain. Karena suatu wujud yang ideal seperti gagasan akan mengatur dan memberi suatu arahan berupa aktivitas dan yang nantinya akan menghasilkan sebuah karya kebudayaan oleh manusia.


Wujud kebudayaan daerah di Indonesia
Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/fd/Rumah_Gadang.jpg/200px-Rumah_Gadang.jpg
http://bits.wikimedia.org/skins-1.18/common/images/magnify-clip.png
Rumah gadang, rumah adat sumatera barat
Tarian
http://bits.wikimedia.org/skins-1.18/common/images/magnify-clip.png
Tarian Pakarena di pulau Selayar di masa Hindia Belanda
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/26/Jaipongan.jpg/200px-Jaipongan.jpg
http://bits.wikimedia.org/skins-1.18/common/images/magnify-clip.png
Tari jaipong, Tarian daerah Jawa Barat
Lagu
Musik
Alat musik
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/7e/Traditional_indonesian_instruments04.jpg/250px-Traditional_indonesian_instruments04.jpg
http://bits.wikimedia.org/skins-1.18/common/images/magnify-clip.png
Gamelan
Gambar
Patung
Pakaian
Suara
  • Jawa: Sinden.
  • Sumatra: Tukang cerita.
  • Talibun: (Sibolga, Sumatera Utara)
  • Gorontalo: (Dikili)
Sastra/tulisan
Makanan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar masakan Indonesia
Kebudayaan Modern Khas Indonesia
Referensi
1.    ^ Direktorat Sejarah dan Nilai Tradsional, Kongres Kebudayaan 1991: Kebudayaan Nasional Kini dan di Masa Depan
2.    http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Indonesia#Kebudayaan_nasional

No comments:

Post a Comment