“Dantidak
dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang menggunakan akal(QS.2.64)”,
inilah potongan ayat yang terpampang di bagian cover depan pada buku yang
berjudul “BERAGAMA dengan Akal Sehat” karya Bapak Agus Mustofa. Beliau lahir di
Malang, 16 Agustus 1963.
Tahun 1982 ia
meninggalkan kota Malang dan menuntut ilmu di Fakultas Teknik, Jurusan Teknik
Nuklir, Universitas Gajahmada, Yogyakarta. Selama kuliah itulah Agus Mustofa
banyak bersinggungan dengan ilmuan-ilmuan islam yang berfikiran modern.
Perpaduan antara ilmu tasawuf dengan sains itu telah menghasilkan tipikal
pemikiran yang unik pada dirinya yang disebut sebagai “Tasawuf Modern”.
Buku terbaru
karya beliau yang berjudul “BERAGAMA dengan Akal Sehat adalah salah satu
karyanya yang begitu sensasional yang bisa merubah daya pikir seseorang
yang bersifat egoisme menjadi sosialisme dengan kadar rasionalisme. Pembahasan
dalam buku ini sangat lengkap, menarik dan modern serta menjadi bahan baru bagi
para pencinta kebenaran sebagai satu pembuktian bahwa Agama Islam adalah suatu
yang FITRAH, walaupun demikian harus dinalari dengan Akal sebagai tolak
ukurnya.
Pada bagian
awal buku ini membahas masalah Dogmatisme atau pemaksaan dalam beragama. Islam
adalah agama yang Fitrah dan tidak ada paksaan sedikitpun didalamnnya dan
disajikan lengkap berdasarkan ayat-ayat Al-quran dan rasio. Pada semua
pembahasan penulis selalu memberikan dalil-dalil yang begitu lengkap dari segi
ayat maupun akal. Adapun masalah lainnya seperti, Fanatisme Tokoh adalah salah
satu masalah yang dihadapi umat Islam saat ini, pengultusan tokoh dan guru
telah mengulut fanatisme yang berlebihan sehingga masing-masing individu atau
kelompok menganggap bahwa dirinya yang paling benar dan menutup telinga dari
kebenaran apapun yang datang dari individu atau kelompok lain. Sungguh ini
adalah Dogma yang dipaksakan dan sudah menjadi semacam indoktrinasi. Justru
Allah memerintahkan kita untuk mengambil segala kebenaran dari segala sumbe
Ada yang
berpendapat semua umat pendahulu lebih baik dari umat saat ini, sebenarnya
“tidak”, akan tetapi zaman ketika Rosul masih hidup memang jauh lebih baik dari
zaman setelahnya. Pembahasan ini membangun semangat kita semua bahwa semua
orang memiliki potensi yang besar demi menjadi umat yang baik, bahkan yang
terbaik. Di dalam buku ini juga di muat diskusi tentang “Milik siapa Kebenaran
itu”. Penulis menyatakan bahwa kebenaran dipandang sebelah mata bahkan
kebanyakan orang menilai kebenaran yang hakiki adalah kehendak manusia sendiri.
Sudah 250
tahun terakhir dunia internasional telah memiliki ideologi bernama Liberalisme.
Trend yang begitu meluas yang pada saat ini telah menguasai segala aspek
kehidupan, termasuk sector-sektor Ekonomi, Pendidikan, Sosial bahkan Budaya.
Liberalisme adalah suatu faham yang menggunakan prinsip bahwa kepentingan
pribadi lebih penting dari kepentingan umum. Penulis selalu berupaya utuk
memurnikan ajaran islam yang sesungguhnya dari Liberalisme-Kapitalisme ataupun
dari faktor lain yang bisa merusak kemurniannya.
Dalam buku
ini juga penulis menyangkal berbagai pernyataan orang atheis yang menganggap
agama adalah racun dunia dengan dalih, bahwa Negara-negara yang mayoritas
didalamnnya adalah pemeluk agama malah mengalami masalah yang
bermacam-macam. Penulis menyangkal pernyataan ini dengan mengatakan ini
adalah penggeneralisasian terhadap agama, sedangkan berapa banyak orang yang
memeluk agama menjadi mulia karna menjalankan perintah agamanya.
Penulis
selalu berpesan bahwa dalam pencarian kebenaran kita harus menggunakan akal
begitu juga dalam beragama. Kita harus memiliki kecerdasan tinggi dan
menggunakan akal secara maksimal. Orang-orang yang tidak menggunakan akalnya
dalam beragama, mereka dijamin tidak dapat mengambil pelajaran dari
firman-firman Allah. Karena itu tidak heran kalau para rosul dan malaikat
digambarkan sebagai eksistensi yang berakal kuat dan berkecerdasan tinggi.
No comments:
Post a Comment