::selection {background:##12127D;color:#FFCC00;} ::-moz-selection {background:##12127D;color:#FFCC00;} ::-webkit-selection {background:#12127D;color:#FFCC00;}

Tuesday, October 9, 2012

Upacara Tradisional Jawa (Tedak Siten)


               Tedak siten adalah suatu upacara dalam tradisi budaya Jawa yang dilakukan ketika anak pertama belajar jalan dan dilaksanakan pada usia sekitar tujuh atau delapan bulan. Tahapan dalam upacara tedak siten antara lain  adalah:
1. Membersihkan kaki
2. Injak tanah
3. Berjalan melewati tujuh wadah
4. Tangga tebu wulung
5. Kurungan
6. Memberikan uang
7. Melepas ayam

Secara keseluruhan, upacara ini bermakna untuk mengajarkan konsep kemandirian pada anak.
TEDAK Siten. Inilah salah satu tradisi masyarakat Jawa yang mulai digerus zaman.  Tedak Siten sendiri berasal dari kata Tedak yang berarti menapakkan kaki atau langkah, dan Siten yang berasal dari kata siti berarti tanah. Maka, Tedak Siten adalah turun (ke) tanah atau mudhun lemah. Lengkapnya, tradisi ini diperuntyukkan bagi bayi berusai 7 lapan atau 7 x 35 hari (245 hari). Jumlah selapan adalah 35 hari menurut perhitungan Jawa berdasarkan hari pasaran, yaitu Kliwon, Legi, Pahing, Pon, dan Wage. Pada usia 245 hari, si anak mulai menapakkan kakinya pertama kali di tanah, untuk belajar duduk dan belajar berjalan. Ritual ini menggambarkan kesiapan seorang anak (bayi) untuk menghadapi kehidupannyaBiasanya,  kesempatan bahagia ini harus diselenggarakan pada pagi hari, di bagian depan dari pekarangan rumah.  Kecuali orang tua dan keluarga, beberapa orang tua juga hadir untuk memberikan berkat kepada anak.  Yang diperlukan sajen / korban tidak boleh dilupakan.  Ianya melambangkan permintaan dan berdoa kepada Allah Maha Kuasa untuk menerima berkat dan perlindungan dari HIM, untuk menerima berkat dari nenek moyang, untuk memberantas kejahatan dari perbuatan buruk manusia dan semangat. T Upacara ritual dapat dilaksanakan dalam rangka dan keselamatan.
 
                   Tedak Siten juga sebagai bentuk pengharapan orang tua terhadap buah hatinya agar si anak kelak siap dan sukses menampaki kehidupan yang penuh dengan rintangan dan hambatan dengan bimbingan orang tuanya. Ritual ini sekaligus sebagai wujud penghormatan terhadap siti (bumi) yang memberi banyak hal dalam kehidupan manusia.

                Pada zaman dulu, masih banyak masyarakat Jawa yang melakukan ritual ini untuk anaknya. Sejumlah perlengkapan untuk ritual ini adalah Jadah (tetel) tujuh warna, jadah merupakan makanan yang terbuat dari beras ketan yang dicampur dengan parutan kelapa muda dengan ditambahi garam agar rasanya gurih, warna jadah 7 rupa itu yaitu warna merah, putih, hitam, kuning, biru, jingga dan ungu. Makna yang terkandung dalam jadah ini merupakan simbol kehidupan yang akan dilalui oleh si anak, mulai dia menapakkan kakinya pertama kali di bumi ini sampai dia dewasa, sedangkan warna-warna tersebut merupakan gambaran dalam kehidupan si anak akan menghapai banyak pilihan dan rintangan yang harus dilaluinya. jadah 7 warna disusun mulai dari warna yang gelap ke terang, hal ini menggambarkan bahwa masalah yang dihadapi si anak mulai dari yang berat sampai yang ringan, maksudnya seberat apapun masalahnya pasti ada titik terangnya yang disitu terdapat penyelesaiannya.
Tumpeng dengan perlengkapannya, tumpeng merupakan nasi yang dibentuk seperti kerucut yang disajikan dengan urap sayur (hidangan yang terbuat dari sayur kacang panjang, kangkung dan kecampah yang diberi bumbu kelapa yang telah dikukus atau disangrai) dan ingkung ayam. Tumpeng melambangkan permohan orang tua kepada sang Maha Pencipta aga si anak kelak menjadi anak yang berguna, sayur kacang panjang bermakna simbol umur agar si anak berumur panjang, sayur kangkung bermakna dimanapun si anak hidup dia mampu tumbuh dan berkembang, sayur kecambah merupakan simbol kesuburan dan ayam mengartikan kelak si anak dapat hidup mandiri.
 
Kurungan ayam yang dihiasi janur dan kertas warna-warni, kurungan ayam ini isinya bukan ayam tapi anak manusia. kurungan ayam yang dihiasi mempunyai makna di dunia nyata si anak akan di hadapkan dengan berbagai macam pilihan pekerjaan.
 
Tangga yang terbuat dari tebu jenis arjuna, menyiratkan harapan agar si anak mampu berjuang layaknya Arjuna yang terkenal dengan tanggung jawabnya dan sifat perjuangannya. Dalam adat Jawa tebu kependekan dari antebing kalbu yang bermakna agar si anak dalam menjalni kehidupan ini dengan tejad yang kuat dan hati yang mantap.
 
Prosesi ‘Tedak Siten’ di awali dengan membimbing anak menapaki jadah 7 warna yang telah disusun berdasarkan warn gelap ke terang. kemudian si anak diarahkan untuk menaiki tangga yang terbuat dari tebu arjuna, selanjutnya si anak di masukkan kedalam kurungan ayam yang telah dihiasi dan didalamnya terdapat cincin, alat tulis, kapas dan lain sebagainya, mungkin tergantung dengan perkembangan zaman kalau zaman sekarang ini bisa di masukkan barang-barang IT (HP,notenbook,PDA atau lainnya). kemudian si anak di suruh mengambi salah satu dari barang tersebut, barang yang dipilih si anak merupakan gambaran dari kegemaran dan juga pekerjaan yang diminatinya kelak setelah dewasa.
 
Prosesi selanjutnya yaitu sebar beras kuning yang telah dicampur dengan uang logam untuk di perebutkan, prosesi ini menggambarkan agar si abak kelak menjadi anak yang dermawan dalam lingkungannya. Prosesi terakhir yaitu si anak dimandikan dengan bunga setaman lalu mengenakan mengenakan baju yang baru. tujuannya yaitu agar si anak tetap sehat, membawa nama harum bagi keluarga, punya kehidupan yang layak, makmur dan berguna bagi lingkungannya.
 
Dalam acara ‘tedak siten’ sesaji yang biasa digunakan antara lain kembang boreh, bubur baro-baro, macam-maca bumbu dapur dan kinangan (bahan menginang). bubur baro-baro adalah bubur yang terbuat dari bekatul, sesaji ini ditujukan untuk kakek nini among (plasenta/ari-ari). sedangkan kembang boreh, macam-macam bumbu dapur dan kinangan, sesaji ini ditujukan untuk nenek moyang.

1 comment:

  1. Untuk melengkapi pengetahuan tentang tedak siten lebih lanjut simak di majalah keluarga Indonesia disini

    http://id.theasianparent.com/tedak-siten-ritual-turun-tanah/

    ReplyDelete